Posisi keempat, merupakan peringkat bagi indonesia dalam
daftar negara dengan penduduk terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan banyaknya
masalah kependudukan yang terjadi di indonesia, seperti keberagaman suku, ras,
agama dan adat istiadat yang menjadi kendala dalam menyelesaikan masalah yang
terjadi. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan
ini, namun tetap saja tidak membuahkan hasil yang baik. Mungkin hal tersebut
karena masih kurang maksimalnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat indonesia atau
karena hanya sebagian yang melakukan upaya ini.
Sebenarnya pemerintah juga sudah banyak melakukan banyak
usaha, tetapi karena pada dasarnya masyarakat indonesia yang kurang peduli maka
kendala yang terjadi akan susah untuk diselesaikan baik kendala yang bersifat
kuantitatif atau kualitatif. Berikut ini saya akan membahas kendala dan solusi
untuk menangani masalah kependudukan.
Kendala
Kuantitatif
Beberapa
kendala kuantitaif yang berkaitan dengan masalah kependudukan di Indonesia
meliputi:
1.
Paham
“Banyak Anak Banyak Rezeki”
Masyarakat tradisional pada umumnya
meyakini sebuah paham “banyak anak banyak rezeki”. Dalam kerangka berpikir
mereka muncul keyakinan bahwa anak banyak akan membawa rezeki yang banyak pula bagi
orang tuanya. Setelah anak-anak mereka tumbuh dewasa dan bisa bekerja,
diharapkan dapat mencukupi kebutuhan mereka sendiri dan memberikan tambahan
penghasilan bagi orang tuanya. Orang tuapada umumnya kurangmemikirkan kebutuhan
pendidikan anak. Mereka hanya berpikir sederhana misalnya, sebatas bagaimana
cara mengenyangkan perut keluarga dengan makanan seadanya.
Tanpa beban, masyarakat cenderung suka
memiliki keturunan sebanyak mungkin. Maka, wajar bila kemudian secara
nasional berdampak pada ledakan penduduk yang sangat cepat dan tidak
terkendali. Sayangnya, pertumbuhan penduduk itu tanpa disertai peningkatan
kualitas melalui pendidikan.
Oleh karena itu dapat dikatakan, pada
kenyataannya, pendapat itu tidaklah tepat benar. Banyaknya anak, seiring dengan
perkembangan zaman,tentu menuntut pemenuhan kebutuhan yang semakin besar pula.
Baik untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan, papan maupun kebutuhan
pendidikan yang sangat memengaruhi kualitas mereka.
2.
Pernikahan
Dini
Sampai dengan akhir tahun 60-an ada
kecenderungan kebiasaan melakukan pernikahan di usia dini. Tren itu lebih
banyak dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dan masyarakat yang berpendidikan
rendah.
Namun pada kenyataannya, tren tersebut
hingga kini masih juga terjadi walaupun dengan penyebab yang berbeda. Zaman
sekarangbanyakanakyangmenikah dibawah umurkarena dampak dari pergaulan bebas.
Keterbukaan informasi dan perkembangan teknologi memudahkan remaja
bebasmelakukan apa yang mereka inginkan. Misalnya, seringnya menonton film atau
video seksual, pergaulan bebas, free sex, dan sebagainya.
Pernikahan pada usia dini terjadi karena biasanya seorang remaja hamil sebelum
menikah.Hal inijuga menjadi salah satu penyebabpertumbuhan dan
pertambahanpenduduk menjadi lebih pesat. PertumbuhanpendudukdiIndonesia sendiri
saatinimencapai1,49 % per-tahun.
3.
Perpindahan
Penduduk
Perpindahan penduduk dari daerrah satu
ke daerah lain yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya pemusatan
penduduk di satu daerah, yang mengakibatkan pertumbuhan penduduk didaerah
itu menjadi sangat padat dan cepat, sehingga didaerah lain penduduk masih
relatif sedikit. Hal Inilah yang mengakibatkan persebaran penduduk tidak
merata.
Perpindahan
Penduduk,yang meliputi :
1.
Imigrasi
Imigrasi
adalah perpindahan orang /penduduk dari suatu tempat/negara luar ke dalam
negeri, dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran.
Contoh orang India pindah menetap ke Indonesia.
2.
Emigrasi
Emigrasi
adalah perpindahan orang /penduduk dari suatu wilayah /negara asal ke negara
luar dengan tujuan bekerja/menetap. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran.
Contoh orang Indonesia pergi ke Malysia menjadi tenaga kerja Indonesia.
3.
Remigrasi
Remigrasi
adalah perpindahan/pemulangan penduduk asing ke negara asalnya. Contoh TKI di
Malaysia dipulangkan kembali ke Indonesia.
4.
Urbanisasi
Urbanisasi
adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap/mencari
pekerjaan. Contoh penduduk dari desa di Surabaya pergi ke Jakarta.
5.
Transmigrasi.
Transmigrasi
adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat ke pulau yang masih jarang
penduduknya. Contoh penduduk dari pulau Jawa pindah ke pulau Kalimantan.
6.
Sirkuler
Sirkuler
adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dengan tidak ada
niatan menetap di daerah tujuan. Contoh di Indonesia (menurut batasan sensus
penduduk) sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintasi
batas provinsi menuju ke provinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan.
4.
Kegagalan
Program KB
Salah
satu upaya untuk menghambat laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 70-an
pemerintah menyelenggarakan Program Keluarga Berencana (KB). Program ini
merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga, demi
terjaminnya kesejahteraan keluarga. Melalui program ini setiap keluarga
dianjurkan untuk mempunyai dua anak saja yang merupakan keluarga kecil, sehat
dan sejahtera.
Pada
pertengahan tahun 80-an program KB berkembang menjadi Gerakan Keluarga
Berencana. Kenyataan ini menunjukkan kepada kita tentang dua hal: (1)
masyarakat berterima atas adanya Keluarga Berencana; (2) pemerintah berhasil
mengedukasi masyarakat sehingga mampu mengubah pola pikir mereka menjadi lebih
realistis. Suksesnya gerakan ini berdampak positif terhadap pengendalian jumlah
penduduk.
Sebelum
dilaksanakan Gerakan KB perkembangan penduduk pada 1980 – 1990berjumlah 147,5 –
179,4 juta jiwa, dengan penambahan 31,9 juta jiwa. Namun setelah Gerakan KB
dilaksanakan, perkembangan penduduk pada 1990 – 1995 semakin rendah, yaitu dari
179,4 – 194,8 juta jiwa, dengan penambahan 15,4 juta jiwa.
Sedangkan
pascareformasi, tampaknya Keluarga Berencana tidak lagi menjadi prioritas
pemerintah, sehingga berakibat pengendalian jumlah penduduk gagal dilakukan.
Terbukti dari data bahwa pada 2000 jumlah penduduk sebanyak 206,3 juta jiwa.
Namun pada 2008 peningkatakan jumlah penduduk sangat tajam, yaitu 237,5 juta
jiwa. Ini berarti terjadi peledakan yang sangat signifikan, yaitu 31,2 juta
jiwa.
Pada
sekitar 2012 angka fertilitas di Indonesia sebesar 2,6 dan angka tersebut masih
bertahan hingga saat ini. Artinya program KB dalam 10 tahun terakhir gagal,”
kata Menteri setelah membuka Rapat Kerja Kesehatan Daerah Provinsi Kepulauan
Riau 2013 di Batam, Selasa (9/4)
Salah satu lembaga pusat yang menjadi
“korban” kebijakan pemerintah tersebut adalah Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Lembaga yang sempat diusulkan dibubarkan oleh
mantan Wapres Hamzah Haz ini, relatif kacau balau secara anatomi kelembagaan
dan fungsinya di era otda ini.
Data
BKKBN Pusat Oktober 2005 menunjukkan, dari 433 kabupaten/kota di seluruh
Indonesia, baru 72,29 persen yang mengakomodasi lembaga KB dalam bentuk perda,
1,08 persen raperda, 21,71 persen SK bupati/wali kota, dan 3,93 persen masih
sebatas wacana.
Kendati
lembaga KB yang dibentuk dengan perda mencapai 310 kabupaten/kota, namun hanya
sekitar 31 kabupaten/kota yang berupa dinas utuh. Sisanya dimerger dengan
instansi lain dengan bentuk kelembagaan yang sangat bervariasi.
Pembaruan
yang akhir Desember lalu mengikuti kegiatan press tour BKKBN Pusat ke Kupang,
NTT, mendapati bahwa kondisi kelembagaan BKKBN yang kacau-balau tercermin pula
di provinsi tertinggal ini. Dari 15 kabupaten/kota di NTT, hanya satu yang
mempunyai dinas BKKBN yang utuh., yakni Kota Kupang. Di kota yang dipimpin oleh
Wali Kota SK Lerik ini, lembaga KB dinamakan Dinas Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera Kota Kupang.
Kendala
Kualitatif
Selain
kendala-kendala kuantitatif di atas, terdapat juga beberapa kendala kualitatif
sebagai berikut.
1.
Kualitas
Kesehatan Rendah
Meskipun
telah mengalami perbaikan tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia masih
tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah
dengan melihat :
- Angka kematian
- Angka harapan hidup
- Angka kematian yang tinggi menunjukan tingkat kesehatan penduduk yang
rendah.Angka harapan hidup yang tinggi menunjukan tingkat kesehatan
penduduk yang baik.
Kesehatan
penduduk tidak lepas dari pendapatan yang diperolehnya.Semakin tinggi
pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin
tinggi pula.Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati makanan yang
memenuhi kualitas standar makanan yang sehat dan bergizi.
2.
Tingkat
Pendidikan Rendah
Salah
satu indikator untuk mengetahui kualitas SDM suatu negara adalah dari tingkat
pendidikan bangsa itu. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja
seseorang. Orang yang mempunyai pendidikantinggi diharapkan mempunyai
produktivitas yang tinggi pula.Namun kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah
banyak orang yang berpendidikan tinggi tapi menganggur.Keadaan ini sangat
memprihatinkan.Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat
kesejahteraan.Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikal terhadap kesejahteraan
penduduk.
3.
Tingkat
Kemakmuran Rendah
Meskipun
Indonesia tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup
dibawah garis kemiskinan,berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PBB,
masihcukup besar, kurang lebih 37,5 juta jiwa. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa tingkat kemakmuran masyarakat masih rendah.
Kemakmuran
berbanding lurus dengan kualitas SDM penduduk.Semakin tinggi SDM penduduk
semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya.Banyak negara yang miskin sumber daya
alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi.Indonesia dikenal sebagai
negara kaya sumber daya alam.Tapi mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup
miskin dan ini menjadi masalah yang sulit untuk diselesaikan.
Alternatif
Solusi
Berdasarkan
beberapa kendala di atas, kiranya dapat dirinci alternatif solusi sebagai
berikut.
- Pelembagaan
Dan
diharapkan dengan dua anak tersebut orang tua bisa lebih memperhatikan
pendidikan anaknya, sehingga keluarga tersebut mempunyai kualitas pendidikan
yang baik. Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup
anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga yang sejahtera.
Tujuan
pokok atau umum program Keluarga Berencana (KB) yaitu:
Meningkatkan
kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKBS (Normal Keluarga
KecilBahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
Tujuan
khusus Keluarga Berencana (KB):
- · Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi kemempuan peningkatan produksi.
- · Meningkatkan kesehatan ibu dari anak untuk mencapai keluarga yang sejahtera.
- · Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
- · Menurunya jumlah angaka kematian bayi
- · Meningkatnya kesejahteraan
· Walaupun
banyak faktor yang tidak mendukung dan permasalahan yang sulit diselesaikan di
negeri khatulistiwa ini, masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan dengan
solusi sebagai berikut ini
- · Dengan mengadakan KB.
- · Memberikan pendidikan kependudukan berbagai jenjang sekolah.
- · Meningkatkan produksi pangan.
- · Meningkatkan jumlah fasilitas sosial dan kesehatan.
- · Membangun sarana dan prasarana penduduk khususnya di tempat-tempat yang masih terpencil.
- Pemerintah harus menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya.
Sebagian
warga di Cina yang mempunyai anak lebih dari 2 orang dikenai pajak setiap
tahun, itu merupakan tindakan tegas yang perlu di contoh oleh pemerintah
Indonesia.
Mungkin
untuk menekan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat ini, mulai dari yang lebih
kecil. Perangakat desa dapat bekerja sama dengan dokter atau bidan setempat
untuk memberikan pengarahan langsung kepada keluarga yang telah mempunyai dua
anak, terutama keluarga yang masih muda. Masa produktifitas mereka masih
panjang, jadi dari pihak perangat desa atau bidan setempat bisa lebih
meyakinkan keluaraga itu. Tahapan kedua setelah penyuluhan itu adalah keluarga
itu harus melakukan KB dengan didampngi oleh bidan tersebut agar KB benar-benar
dilaksanakan oleh keluarga itu, namun semua keluarga tidak sama, ada yang mudah
mengerti dan ada pula keluarga yang kolot. Hal itulah yang menjadi masalah
dalam proses penyuluhan dan menanamkan pengertian, akibat, dan manfaat ber-KB.
Memang
hal itu sangat menyulitkan dan sangaat merepotkan, namun bila program itu sudah
berjalan secara otomatis penyuluhan perangkat desa dan bidan sekitar akan lebh
ringan, karena secara tidak langsung itu menjadi bahan omongan dimasyarakat dan
diharapkan dengan itu msyarakat mulai sadar untuk ber-KB.
Kita
juga bisa memberikan pemahaman atau pengetahuan tentang KB lebih awal kepada
penduduk muda yang masih bersekolah (SMA/SMK/sederajat) dengan memasukan
pengertian, sebab harus ber-KB, akbat tidak melakukan KB, dan yang paling
penting kita harus sangat memahamkan manfaat dari ber-KB. Pengetahuan itu
mungkin dapat dimasukan dalam mata pelajaran PenjaOrkes, Pkn, Sosiologi,
Geografi dan mungkin pelajaran yang lain yang menyangkut pembelajaran kependudukan.
Ber-KB
bukanlah program yang tujuanya memberatkan penduduk, namun program KB dirancang
untuk lebih memerikan kesejahteraan bagi keluarga. Dan disampng itu pula
Program KB diharapkan bisa menghambat laju pertumbuhan penduduk yang
sangat besar ini, karena semakin lama lahan dan pangan yang kita miliki dapat
terkikis habis bila laju itu tidak dapat kita kendalikan.
Program
KB (Keluarga Berencana) harus lebih diperketat lagi seperti pada penggunaan
Program KB beberapa tahun yang lalu.Zaman sekarang banyak pasangan suami istri
yang menunda-nunda program KB.Diharapkan, Program KB dapat menjadi salah satu
kunci sukses untuk menekan laju penduduk yang saat ini sangat sulit untuk
dikendalikan.Untuk itu, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif membantu
pemerintah dengan ber-KB.