Kamis, 23 Oktober 2014

Masalah Kependuukan di Indonesia


 Posisi keempat, merupakan peringkat bagi indonesia dalam daftar negara dengan penduduk terbesar di dunia. Hal ini dikarenakan banyaknya masalah kependudukan yang terjadi di indonesia, seperti keberagaman suku, ras, agama dan adat istiadat yang menjadi kendala dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan ini, namun tetap saja tidak membuahkan hasil yang baik. Mungkin hal tersebut karena masih kurang maksimalnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat indonesia atau karena hanya sebagian yang melakukan upaya ini.

Sebenarnya pemerintah juga sudah banyak melakukan banyak usaha, tetapi karena pada dasarnya masyarakat indonesia yang kurang peduli maka kendala yang terjadi akan susah untuk diselesaikan baik kendala yang bersifat kuantitatif atau kualitatif. Berikut ini saya akan membahas kendala dan solusi untuk menangani masalah kependudukan.

Kendala Kuantitatif
Beberapa kendala kuantitaif yang berkaitan dengan masalah kependudukan di Indonesia meliputi:
1.       Paham “Banyak Anak Banyak Rezeki”
Masyarakat tradisional pada umumnya meyakini sebuah paham “banyak anak banyak rezeki”. Dalam kerangka berpikir mereka muncul keyakinan bahwa anak banyak akan membawa rezeki yang banyak pula bagi orang tuanya. Setelah anak-anak mereka tumbuh dewasa dan bisa bekerja, diharapkan dapat mencukupi kebutuhan mereka sendiri dan memberikan tambahan penghasilan bagi orang tuanya. Orang tuapada umumnya kurangmemikirkan kebutuhan pendidikan anak. Mereka hanya berpikir sederhana misalnya, sebatas bagaimana cara mengenyangkan perut keluarga dengan makanan seadanya.
Tanpa beban, masyarakat cenderung suka memiliki keturunan  sebanyak mungkin. Maka, wajar bila kemudian secara nasional berdampak pada ledakan penduduk yang sangat cepat dan tidak terkendali. Sayangnya, pertumbuhan penduduk itu tanpa disertai peningkatan kualitas melalui pendidikan.
Oleh karena itu dapat dikatakan, pada kenyataannya, pendapat itu tidaklah tepat benar. Banyaknya anak, seiring dengan perkembangan zaman,tentu menuntut pemenuhan kebutuhan yang semakin besar pula. Baik untuk mencukupi kebutuhan sandang, pangan, papan maupun kebutuhan pendidikan yang sangat memengaruhi kualitas mereka.
2.       Pernikahan Dini
Sampai dengan akhir tahun 60-an ada kecenderungan kebiasaan melakukan pernikahan di usia dini. Tren itu lebih banyak dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dan masyarakat yang berpendidikan rendah.
Namun pada kenyataannya, tren tersebut hingga kini masih juga terjadi walaupun dengan penyebab yang berbeda. Zaman sekarangbanyakanakyangmenikah dibawah umurkarena dampak dari pergaulan bebas. Keterbukaan informasi dan perkembangan teknologi memudahkan remaja bebasmelakukan apa yang mereka inginkan. Misalnya, seringnya menonton film atau video seksual, pergaulan bebas, free sex, dan sebagainya. Pernikahan pada usia dini terjadi karena biasanya seorang remaja hamil sebelum menikah.Hal inijuga menjadi salah satu penyebabpertumbuhan dan pertambahanpenduduk menjadi lebih pesat. PertumbuhanpendudukdiIndonesia sendiri saatinimencapai1,49 % per-tahun.
3.       Perpindahan  Penduduk
Perpindahan penduduk dari daerrah satu ke daerah lain yang  tidak terkendali menyebabkan terjadinya pemusatan penduduk di satu daerah, yang mengakibatkan pertumbuhan  penduduk didaerah itu menjadi sangat padat dan cepat, sehingga didaerah lain penduduk masih relatif sedikit. Hal Inilah yang mengakibatkan persebaran penduduk tidak merata.
Perpindahan Penduduk,yang meliputi :
1. Imigrasi
Imigrasi adalah perpindahan orang /penduduk dari suatu tempat/negara luar ke dalam negeri, dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran. Contoh orang India pindah menetap ke Indonesia.
2. Emigrasi
Emigrasi adalah perpindahan orang /penduduk dari suatu wilayah /negara asal ke negara luar dengan tujuan bekerja/menetap. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigran. Contoh orang Indonesia pergi ke Malysia menjadi tenaga kerja Indonesia.
 3. Remigrasi
Remigrasi adalah perpindahan/pemulangan penduduk asing ke negara asalnya. Contoh TKI di Malaysia dipulangkan kembali ke Indonesia.
 4. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap/mencari pekerjaan. Contoh penduduk dari desa di Surabaya pergi ke Jakarta.
 5. Transmigrasi.
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat ke pulau yang masih jarang penduduknya. Contoh penduduk dari pulau Jawa pindah ke pulau Kalimantan.
6. Sirkuler
Sirkuler adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Contoh di Indonesia (menurut batasan sensus penduduk) sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintasi batas provinsi menuju ke provinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan.
4.       Kegagalan Program KB
Salah satu upaya untuk menghambat laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 70-an pemerintah menyelenggarakan Program Keluarga Berencana (KB). Program ini merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga, demi terjaminnya kesejahteraan keluarga. Melalui program ini setiap keluarga dianjurkan untuk mempunyai dua anak saja yang merupakan keluarga kecil, sehat dan sejahtera.
Pada pertengahan tahun 80-an program KB berkembang menjadi Gerakan Keluarga Berencana. Kenyataan ini menunjukkan kepada kita tentang dua hal: (1) masyarakat berterima atas adanya Keluarga Berencana; (2) pemerintah berhasil mengedukasi masyarakat sehingga mampu mengubah pola pikir mereka menjadi lebih realistis. Suksesnya gerakan ini berdampak positif terhadap pengendalian jumlah penduduk.
Sebelum dilaksanakan Gerakan KB perkembangan penduduk pada 1980 – 1990berjumlah 147,5 – 179,4 juta jiwa, dengan penambahan 31,9 juta jiwa. Namun setelah Gerakan KB dilaksanakan, perkembangan penduduk pada 1990 – 1995 semakin rendah, yaitu dari 179,4 – 194,8 juta jiwa, dengan penambahan 15,4 juta jiwa.
Sedangkan pascareformasi, tampaknya Keluarga Berencana tidak lagi menjadi prioritas pemerintah, sehingga berakibat pengendalian jumlah penduduk gagal dilakukan. Terbukti dari data bahwa pada 2000 jumlah penduduk sebanyak 206,3 juta jiwa. Namun pada 2008 peningkatakan jumlah penduduk sangat tajam, yaitu 237,5 juta jiwa. Ini berarti terjadi peledakan yang sangat signifikan, yaitu 31,2 juta jiwa.
Pada sekitar 2012 angka fertilitas di Indonesia sebesar 2,6 dan angka tersebut masih bertahan hingga saat ini. Artinya program KB dalam 10 tahun terakhir gagal,” kata Menteri setelah membuka Rapat Kerja Kesehatan Daerah Provinsi Kepulauan Riau 2013 di Batam, Selasa (9/4)
            Salah satu lembaga pusat yang menjadi “korban” kebijakan pemerintah tersebut adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Lembaga yang sempat diusulkan dibubarkan oleh mantan Wapres Hamzah Haz ini, relatif kacau balau secara anatomi kelembagaan dan fungsinya di era otda ini.
Data BKKBN Pusat Oktober 2005 menunjukkan, dari 433 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, baru 72,29 persen yang mengakomodasi lembaga KB dalam bentuk perda, 1,08 persen raperda, 21,71 persen SK bupati/wali kota, dan 3,93 persen masih sebatas wacana.
Kendati lembaga KB yang dibentuk dengan perda mencapai 310 kabupaten/kota, namun hanya sekitar 31 kabupaten/kota yang berupa dinas utuh. Sisanya dimerger dengan instansi lain dengan bentuk kelembagaan yang sangat bervariasi.
Pembaruan yang akhir Desember lalu mengikuti kegiatan press tour BKKBN Pusat ke Kupang, NTT, mendapati bahwa kondisi kelembagaan BKKBN yang kacau-balau tercermin pula di provinsi tertinggal ini. Dari 15 kabupaten/kota di NTT, hanya satu yang mempunyai dinas BKKBN yang utuh., yakni Kota Kupang. Di kota yang dipimpin oleh Wali Kota SK Lerik ini, lembaga KB dinamakan Dinas Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kota Kupang.
Kendala Kualitatif
Selain kendala-kendala kuantitatif di atas, terdapat juga beberapa kendala kualitatif sebagai berikut.
1.       Kualitas Kesehatan Rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan melihat :
  • Angka kematian
  • Angka harapan hidup
  • Angka kematian yang tinggi menunjukan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.Angka harapan hidup yang tinggi menunjukan tingkat kesehatan penduduk yang baik.

Kesehatan penduduk tidak lepas dari pendapatan yang diperolehnya.Semakin tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi pula.Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati makanan yang memenuhi kualitas standar makanan yang sehat dan bergizi.
2.       Tingkat Pendidikan Rendah
Salah satu indikator untuk mengetahui kualitas SDM suatu negara adalah dari tingkat pendidikan bangsa itu. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja seseorang. Orang yang mempunyai pendidikantinggi diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi pula.Namun kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang yang berpendidikan tinggi tapi menganggur.Keadaan ini sangat memprihatinkan.Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan.Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikal terhadap kesejahteraan penduduk.
3.       Tingkat Kemakmuran Rendah
Meskipun Indonesia tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan,berdasarkan standar yang ditetapkan oleh PBB, masihcukup besar, kurang lebih 37,5 juta jiwa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kemakmuran masyarakat masih rendah.
Kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM penduduk.Semakin tinggi SDM penduduk semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya.Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi.Indonesia dikenal sebagai negara kaya sumber daya alam.Tapi mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin dan ini menjadi masalah yang sulit untuk diselesaikan.

Alternatif Solusi
Berdasarkan beberapa kendala di atas, kiranya dapat dirinci alternatif solusi sebagai berikut.
  1. Pelembagaan
Dan diharapkan dengan dua anak tersebut orang tua bisa lebih memperhatikan pendidikan anaknya, sehingga keluarga tersebut mempunyai kualitas pendidikan yang baik. Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga yang sejahtera.
Tujuan pokok atau umum program Keluarga Berencana (KB) yaitu:
Meningkatkan kesejahteraan  ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKBS (Normal Keluarga KecilBahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
Tujuan khusus Keluarga Berencana (KB):
  • ·         Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi kemempuan       peningkatan produksi.
  • ·         Meningkatkan kesehatan ibu dari anak untuk mencapai keluarga yang sejahtera.
  • ·         Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
  • ·         Menurunya jumlah angaka kematian bayi
  • ·         Meningkatnya kesejahteraan

·       Walaupun banyak faktor yang tidak mendukung dan permasalahan yang sulit diselesaikan di negeri khatulistiwa ini, masalah-masalah tersebut dapat diselesaikan dengan solusi sebagai berikut ini
  • ·         Dengan mengadakan KB.
  • ·         Memberikan pendidikan kependudukan berbagai jenjang sekolah.
  • ·         Meningkatkan produksi pangan.
  • ·         Meningkatkan jumlah fasilitas sosial dan kesehatan.
  • ·         Membangun sarana dan prasarana penduduk khususnya di tempat-tempat yang masih terpencil.
  • Pemerintah harus menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya.

Sebagian warga di Cina yang mempunyai anak lebih dari 2 orang dikenai pajak setiap tahun, itu merupakan tindakan tegas yang perlu di contoh oleh pemerintah Indonesia.
Mungkin untuk menekan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat ini, mulai dari yang lebih kecil. Perangakat desa dapat bekerja sama dengan dokter atau bidan setempat untuk memberikan pengarahan langsung kepada keluarga yang telah mempunyai dua anak, terutama keluarga yang masih muda. Masa produktifitas mereka masih panjang, jadi dari pihak perangat desa atau bidan setempat bisa lebih meyakinkan keluaraga itu. Tahapan kedua setelah penyuluhan itu adalah keluarga itu harus melakukan KB dengan didampngi oleh bidan tersebut agar KB benar-benar dilaksanakan oleh keluarga itu, namun semua keluarga tidak sama, ada yang mudah mengerti dan ada pula keluarga yang kolot. Hal itulah yang menjadi masalah dalam proses penyuluhan dan menanamkan pengertian, akibat, dan manfaat ber-KB.
Memang hal itu sangat menyulitkan dan sangaat merepotkan, namun bila program itu sudah berjalan secara otomatis penyuluhan perangkat desa dan bidan sekitar akan lebh ringan, karena secara tidak langsung itu menjadi bahan omongan dimasyarakat dan diharapkan dengan itu msyarakat mulai sadar untuk ber-KB.
Kita juga bisa memberikan pemahaman atau pengetahuan tentang KB lebih awal kepada penduduk muda yang masih bersekolah (SMA/SMK/sederajat) dengan memasukan pengertian, sebab harus ber-KB, akbat tidak melakukan KB, dan yang paling penting kita harus sangat memahamkan manfaat dari ber-KB. Pengetahuan itu mungkin dapat dimasukan dalam mata pelajaran PenjaOrkes, Pkn, Sosiologi, Geografi dan mungkin pelajaran yang lain yang menyangkut pembelajaran kependudukan.
Ber-KB bukanlah program yang tujuanya memberatkan penduduk, namun program KB dirancang untuk lebih memerikan kesejahteraan bagi keluarga. Dan disampng itu pula Program KB diharapkan bisa menghambat laju pertumbuhan  penduduk yang sangat besar ini, karena semakin lama lahan dan pangan yang kita miliki dapat terkikis habis bila laju itu tidak dapat kita kendalikan.
Program KB (Keluarga Berencana) harus lebih diperketat lagi seperti pada penggunaan Program KB beberapa tahun yang lalu.Zaman sekarang banyak pasangan suami istri yang menunda-nunda program KB.Diharapkan, Program KB dapat menjadi salah satu kunci sukses untuk menekan laju penduduk yang saat ini sangat sulit untuk dikendalikan.Untuk itu, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif membantu pemerintah dengan ber-KB.

Sumber : http://masalahkependudukandansolusi.wordpress.com/2013/06/26/artikel-kependudukan/