Judul : Perkembangan Desain Pemodelan Grafis
Nama: Dimas Herianto
NPM : 53414099
Kelas : 3IA22
Mata Kuliah : Desain Permodelan Grafik
Nama Dosen : Syefani Rahma Deski
SEJARAH DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Sejak jaman
pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual. Bentuk
komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah piktogram yang digunakan
untuk menceritakan kejadian sehari-hari pada Jaman Gua (Cave Age), bentuk lain
adalah hieroglyphics yang digunakan oleh bangsa Mesir. Kemudian seiring dengan
kemajuan jaman dan keahlian manusia, bentuk-bentuk ini beralih ke tulisan,
contohnya prasasti, buku, dan lain-lain. Dengan perkembangan kreatifitas
manusia, bentuk tulisan ini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk yang lebih
menarik dan komunikatif, contohnya seni panggung dan drama; seperti sendratari
Ramayana, seni pewayangan yang masih menjadi alat komunikasi yang sangat
efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu profesi,
desain komunikasi visual baru berkembang sekitar tahun 1950-an. Sebelum itu,
jika seseorang hendak menyampaikan atau mempromosikan sesuatu secara visual,
maka ia harus menggunakan jasa dari bermacam-macam “seniman spesialis”.
Spesialis-spesialis ini antara lain adalah visualizers (seniman visualisasi);
typographers (penata huruf), yang merencanakan dan mengerjakan teks secara
detil dan memberi instruksi kepada percetakan; illustrators, yang memproduksi
diagram dansketsa dan lain-lain.
Dalam perkembangannya,
desain komunikasi visual telah melengkapi pekerjaan dari agen periklanan dan
tidak hanya mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah dan surat kabar
yang menampilkan iklan tersebut.Desainer komunikasi visual telah menjadi bagian
dari kelompok dalam industri komunikasi – dunia periklanan, penerbitan majalah
dan surat kabar, pemasaran dan hubungan masyarakat (public relations).
Desain Komunikasi
Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang dikenalkan oleh
desainer grafis asal Belanda bernama Gert Dumbar. Karena menurutnya desain
grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving
image, audio visual, display dan pameran. Sehingga istilah desain grafis
tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah
desain komunikasi visual seperti yang kita kenal sekarang ini.
PERBEDAAN DESAIN KOMUNIKASI VISIUAL DAN SENI MURNI
Desain Komunikasi
Visual sebagai seni rupa terapan adalah bentuk seni yang penerapannya berlaku
secara umum dalam bentuk komunikasi visual. Sedangkan Seni murni merupakan
ekspresi jiwa yang bersifat individual, subjektif, dan lebih ditujukan kepada
kepuasan terhadap karya, bukan terhadap fungsi.
Hal itu lah yang
membuat desain komunikasi visual berbeda dengan seni murni. Sebuah karya seni
lebih bersifat ekspresif dan tidak punya tujuan secara umum. Seni bersifat
individual dan berorientasi kepada ekspresi dan kepuasan dari pembuatnya
(seniman). Sedangkan desain grafis berorientasi kepada kegunaan atau fungsinya.
Desain grafis yang baik akan dilihat dari seberapa besar impact dari karya yang
dihasilkannya.
Desain Komunikasi
Visual bukan seni murni. Seorang seniman pada bidang seni murni terkadang
mempunyai penonton atau pengamat hanya satu (seniman itu sendiri), dimana karya
seni tersebut merupakan ekspresi emosi dan perasaan dari seniman itu sendiri
yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan diri seniman tersebut. Sedangkan
seorang desainer komunikasivisual menghadapi lebih dari satu pengamat yang
kadangkala bisa mencapai jutaan orang, dimana desainer itu harus dapat memahami
dan menginterpretasikan permintaan seseorang atau sekelompok orang ke dalam
suatu karya desain yang pada akhirnya bertujuan untuk memuaskan orang atau
sekelompok orang itu.
Seringkali desain
komunikasi visual tampak seperti seni murni, dan sebaliknya seni murni dapat
tampak seperti desain komunikasi visual. Bahan dan teknik yang digunakan juga
hampir sama, tetapi maksud dan tujuan masing-masingnya berbeda. Seniman dan
desainer, keduanya berusaha memecahkan problem visual, tetapi seniman murni
bertujuan lebih untuk memuaskan diri; sedangkan desainer harus menggerakkan
sekelompok orang untuk menghadiri suatu acara, mengikuti petunjuk, memahami
peta suatu lokasi atau membeli suatu produk.
Desain komunikasi
visual memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai informasi-informasi yang
berkomunikasi secara visual. Tanda-tanda dan rambu-rambu lalu lintas,
poster-poster promosi tentang restoran, hotel dan lain sebagainya, semua dapat
memberikan informasi kepada pengamatnya yang terdiri dari berbagai kelompok
usia dan berasal dari berbagai kalangan dan golongan. Hal ini juga yang
membedakan desain komunikasi visual dari seni murni, di mana desain komunikasi
visual harus bersifat universal (dapat dimengerti oleh semua orang), sedangkan
dalam seni murni lebih bersifat emosional, di mana maksud dari seniman itu
tidak harus dapat diartikan dan dibaca oleh orang lain.
ELEMEN DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu
bidang dari seni yang berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak
dihasilkan dari kamera atau fotografi (nonphotographic image) untuk
visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar
yang dihasilkan secara manual.
Pada akhir tahun
1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam Desain Komunikasi Visual. Banyak orang
yang akhirnya menyadari bahwa ilustrasi dapat juga menjadi elemen yang sangat
kreatif dan fleksibel, dalam arti ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek
yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi, contohnya untuk menjelaskan
informasi detil seperti cara kerja fotosintesis.
Seorang ilustrator
seringkali mengalami kesulitan dalam usahanya untuk mengkomunikasikan suatu
pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika ia berhasil, maka dampak yang
ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena itu suatu ilustrasi harus dapat
menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju.
Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita banyak dibandingkan
dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih hidup,
sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam” momen sesaat.
Saat ini ilustrasi
lebih banyak digunakan dalam cerita anak-anak, yang biasanya bersifat
imajinatif. Contohnya ilustrasi yang harus menggambarkan seekor anjing yang
sedang berbicara atau anak burung yang sedang menangis karena kehilangan
induknya atau beberapa ekor kelinci yang sedang bermain-main.
Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat merangsang imajinasi anak-anak
yang melihat buku tersebut, karena umumnya mereka belum dapat membaca.
Simbolisme
Simbol telah ada sejak
adanya manusia, lebih dari 30.000 tahun yang lalu, saat manusia prasejarah
membuat tanda-tanda pada batu dan gambar-gambar pada dinding gua di Altamira,
Spanyol. Manusia pada jaman ini menggunakan simbol untuk mencatat apa yang
mereka lihat dan kejadian yang mereka alami sehari-hari.
Peranan simbol
sangatlah penting dan keberadaannya sangat tak terbatas dalam kehidupan kita
sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai simbol-simbol yang
mengkomunikasikan pesan tanpa penggunaan kata-kata. Tempat-tempat umum seperti
pusat perbelanjaan, hotel, restoran, rumah sakit dan bandar udara; semuanya
menggunakan simbol yang komunikatif dengan orang banyak, walaupun mereka tidak
berbicara atau menggunakan bahasa yang sama.
Simbol sangat efektif
digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang
digunakan, contohnya sebagai komponen dari signing systems sebuah pusat
perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet, telepon umum, restoran,
pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol.
Bentuk yang lebih
kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah identifikasi dari sebuah
perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai banyak persyaratan dan harus dapat
mencerminkan perusahaan itu. Seorang desainer harus mengerti tentang perusahaan
itu, tujuan dan objektifnya, jenis perusahaan dan image yang hendak ditampilkan
dari perusahaan itu. Selain itu logo harus bersifat unik, mudah diingat dan
dimengerti oleh pengamat yang dituju.
Fotografi
Ada dua bidang utama
di mana seorang desainer banyak menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan
(publishing) dan periklanan (advertising). Beberapa tugas dan kemampuan yang
diperlukan dalam kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah
GQ, dalam penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk
bercerita dengan baik dan kontak dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan
(juga dalam majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk menjual produk yang
diiklankan tersebut.
Kriteria seorang
fotografer yang dibutuhkan oleh sebuah penerbitan juga berbeda dengan
periklanan. Dalam penerbitan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang
benar-benar kreatif dalam “bercerita”, karena foto-foto yang mereka ambil
haruslah dapat “bercerita” dan menunjang berita yang diterbitkan. Sedangkan
dalam periklanan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang kreatif dan
jeli, serta mempunyai keahlian untuk bervisualisasi. Contohnya, jika sebuah
penerbit hendak menerbitkan berita tentang perampokan, maka fotografer harus
berusaha untuk mengambil foto-foto yang dapat menunjang berita tersebut,
misalnya suasana di sekitar tempat kejadian, korban, saksi mata dan lain-lain.
Jika sebuah perusahaan periklanan hendak mempromosikan suatu parfum wanita yang
berkesan anggun dan lembut, maka fotografer harus dapat mengambil foto-foto
yang menonjolkan keanggunan dan kelembutan dari parfum tersebut, misalnya
dengan latar belakang kain sutra dengan warna–warna pastel yang berkesan
lembut.
Fotografi sering
dipakai selain karena permintaan klien, juga karena lebih “representatif”.
Contohnya jika sebuah majalah yang memuat tentang wawancara dengan seorang
bintang sinetron yang sedang naik daun, maka akan digunakan foto dari bintang
itu untuk menunjang desain di samping isi berita itu sendiri. Contoh lain,
untuk menggambarkan sebuah tempat berlibur dalam sebuah brosur biro perjalanan,
jika menggunakan ilustrasi hasilnya tidak akan semenarik dibandingkan dengan
foto.
Fotografi sangat
efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah
foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh dari
keadaan yang sesungguhnya. Selain itu sebuah foto juga harus dapat memberikan
kejutan dan keinginan untuk bereksperimen, misalnya dalam hal mencoba resep
masakan yang baru atau tren berpakaian terbaru.
Selain elemen-elemen
ini, seorang desainer perlu mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan
hubungannya dengan visualisasi. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja
dengan rapi dan tepat. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi
(people skills) untuk menghadapi klien, supplier, sub kontraktor, percetakan
dan lain-lain.
Typografi
Tipografi adalah seni
menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain.
Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke
dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual ini adalah untuk
mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk media, mulai
dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat kabar dan
majalah. Karena itu pekerjaan seorang tipografer (penata huruf) tidak dapat
lepas dari semua aspek kehidupan sehari-hari.
Menurut Nicholas
Thirkell, seorang tipographer terkenal, pekerjaan dalam tipografi dapat dibagi
dalam dua bidang, tipografer dan desainer huruf (type designer). Seorang tipografer
berusaha untuk mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf
yang telah ada, contohnya penggunaan bentuk Script untuk mengesankan
keanggunan, keluwesan, feminitas, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer
harus mengerti bagaimana orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang
diungkapkan oleh huruf-huruf. Pekerjaan seorang tipografer memerlukan
sensitivitas dan kemampuan untuk memperhatikan detil. Sedangkan seorang
desainer huruf lebih memfokuskan untuk mendesain bentuk huruf yang baru.
Saat ini, banyak
diantara kita yang telah terbiasa untuk melakukan visualisasi serta membaca dan
mengartikan suatu gambar atau image. Disinilah salah satu tugas seorang
tipografer untuk mengetahui dan memahami jenis huruf tertentu yang dapat
memperoleh reaksi dan emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju. contoh
dari penggunaan typografi yang benar sudah saya jelaskan sebelumnya.
Selain itu dalam
Typografi ada 2 hal yang sangat harus diperhatikan yaitu
a. Legibility adalah tingkat kemudahan mata
mengenali suatu tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan
oleh:
- Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan
serif, kontras stroke, dan sebagainya.
- Penggunaan warna
- Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut
dalam kehidupan sehari-hari
Legibility adalah tampilan yang layak atau
pantas dari dasar-dasar aturan dan kebiasaan dalam semua detil/rincian yang tak
terbatas dan menjadi dasar komunikasi tertulis.
b. Keterbacaan / readability adalah tingkat
kenyamanan suatu susunan huruf saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
- Ukuran
- Pengaturan, termasuk di dalamnya alur,
spasi, kerning, perataan, dan sebagainya
- Kontras warna terhadap latar belakang
- Jenis huruf
Layout
Layout menjadi elemen
yang terakhir dan sangat penting, dimana kita dituntut untuk bisa mengolah
ruang kosong pada suatu bidang untuk dijadikan media desain yang mudah dibaca
dan agar tidak membuat si pembaca menjadi cepat lelah ketika membaca/ melihat
desain yang kita buat dikarenakan tata letak yang tidak bagus (tidak nyaman
dipandang) . hal yang mempengaruhi agar menjadi desain yang baik dan benar
(layout) ada beberapa faktor yaitu
- Keseimbangan
- Kesatuan
- Irama
- Tekanan
sumber: