Kamis, 04 Januari 2018

Tugas Softskil ISD ~ Peran Pemuda dalam Perubahan Sosial di Indonesia

Peran Pemuda dalam Perubahan Sosial di Indonesia
  

ABSTRAK

Paradigma bahwasanya pemuda adalah generasi perubahan yang memiliki fitrah sebagai pemberani dan revolusioner yang memiliki karakter khas yang berbeda dengan golongan lainnya. Sehingga pemuda memiliki peran dan kedudukan yang penting baik dalam tatanan bernegara, berbangsa, dan beragama. Penguatan peran pemuda tentu merupakan hal yang lumayan sulit ditengah-tengah gencarnya hegemoni budaya luar yang mengerecoki baik pemikiran maupun perilaku pemuda saat ini.
Indonesia sebagai Negara demokrasi mewujudkan peran pemuda dengan di sahkannya UU No 40 tahun 2009 tentang kepemudaan. Sehingga tampak bahwa pemuda merupakan aspek penyokong Negara yang selalu dipertimbangkan. Sejarah memberikan ruan pengakuan bahwasanya peran pemuda tidak lepas dari kehidupan bernegara. Hal ini kemudian menjadi acuan bahwa pemuda seharusnya turut berperan dalam tataran mewujudkan demokrasi.

A.  Pendahuluan

Peran mahasiswa yang terwujud dalam gerakan mahasiswa merupakan kegiatan atau aktivitas mahasiswa dalam rangka meningkatkan kemampuan berorganisasi dan mengasah kepandaian mereka dalam kepemimpinan. Semua itu telah terbukti dalam lembaran sejarah Indonesia.  
Berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 sebenarnya telah menjadi tonggak yang cukup kuat bagi perkembangan pergerakan nasional. Menurut sejawaran yang ada di Indonesia maupun luar negeri, Budi Utomo merupakan mercusuar bagi pergerakan nasional Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini mulai muncul penafsiran baru. Tafsir baru itu antara lain menyatakan bahwa pergerakan nasional sudah ada dan dimulai sejak Sarekat Islam, yang faktanya lebih dulu ada dan bersifat massa bila dibandingkan dengan Budi Utomo yang hanya bergerak di kalangan bangsawan Jawa. Namun, dengan alasan bahwa organisasi modern sudah dimiliki oleh Budi Utomo lantas argument tersebut menjadi kesepakatan sebagai titik pergerakan nasional di Indonesia, tetapi yang utama nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh kaum intelektual.
Perbedaan tafsir boleh saja dalam sejarah, karena sejarah akan menjadi menarik, dengan demikian dialog antara sejarawan dan sejarah akan terus menarik untuk dikaji dan diikuti. Demikian halnya dengan melihat sejarah terutama peran pemuda akan menarik, karena di mana ada gerakan perubahan, maka dapat dipastikan ada unsur pemuda di dalamnya. Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran dari kelompokkelompok lain dalam masyarakat yang juga turut serta di dalam gerakan perubahan. Perhimpuanan Indonesia bergerak dalam menuntut perubahan walaupun mereka sedang belajar dan berada di Belanda. Kecintaan mereka terhadap tanah air yang membuat mereka terus bergerak. 
Di kalangan pemuda terdapat gerakan Tri Koro Darmo, Jong Java, Jong Celebes Bond, Jong Sumatra Bond, Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, dan Indonesia  Muda. Pada tanggal 30 April 1926 mereka mengadakan Konggres Pemuda I di Jakarta. Dalam konggres dihasilkan keputusan untuk mengadakan Konggres Pemuda Indonesia II, dan semua perkumpulan pemuda agar bersatu dalam satu organisasi pemuda Indonesia. Kemudian Konggres Pemuda II diadakan tanggal 27-28 Oktober 1928, disepakati tiga keputasan pokok yaitu:
1) Dibentuknya suatu badan fusi untuk semua organisasi pemuda.
2) Menentapkan ikrar pemuda Indonesia bahwa mereka:
a) Mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
b) Mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
c) Menjunjung bahasa yang satu, bahasa Indonesia. 
3) Asas ini wajib dipakai oleh semua perkumpulan di Indonesia.

Hasil ini menjadi pondasi bagi persatuan Indonesia. Lagu yang berjudul Indonesia Raya karangan Wage Rudolf Supratman yang dikumandangkan membangkitkan semangat para pesertanya. Dan Sumpah Pemuda tiada lain adalah ungkapan sejarah manusia Indonesia.
Berdasar pada sejarah, pemuda merupakan unsur yang menarik dan esensial dalam suatu gerakan perubahan, maka menarik untuk dikaji. Karena di dalam jiwa pemuda terdapat kerelaan berkorban demi cita-cita. Di dalam pemuda terdapat api idealisme yang tidak menuntut balasan, baik berupa uang atau kedudukan. Di dalam pemuda terdapat semangat yang selalu membara. Bersama pemuda kita menentang segala kekuasaan yang tiran. Bersama pemuda, kapal yang bernama Indonesia akan ditentukan maju, diam atau tenggelam.   
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengkaji “Pemuda dalam Perubahan Sosial”, yang di dalamnya akan coba dibahas mengenai:
A.) Pemuda dalam perubahan sosial di Indonesia
B.) Tantangan kaum muda pada masa kini.
C.) Pemuda harus belajar sejarah D.) Pemuda merupakan lokomotif perubahan.
E.) Penutup.    

B. Sejarah Peran Pemuda dalam Perubahan Sosial 

Pada masa awal pergerakan nasional yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908. Berdirinya dipelopori oleh Pemuda Sutomo dan kawankawan yang merasa tergugah hatinya dengan keadaan yang menimpa masyarakat Indonesia atau Jawa pada khususnya dan awalnya. Organisasi ini secara keorganisasian sudah dianggap maju bila dibandingkan dengan organisasi pemuda lainnya yang ada di Nusantara.
Pada awal abad ke-XX di Indonesia ditandai dengan semakin kerasnya politik kolonial Belanda. Politik kolonial Belanda yang demikian represif membuat kehidupan rakyat semakin menderita. Kemudian muncul perhatian terhadap kedudukan dan keadaan penduduk pribumi. Bangkitlah tuntutan terhadap perbaikan nasib pribumi. Pemerintah kolonial Belanda menjawab tuntutan dari kalangan agamawan, ataupun partai sosialis yang sering menyebut dirinya sebagai kaum humanis dengan melaksanakan politik Ethis.  
Politik Ethis dalam pelaksanaannya kurang memuaskan, namun dalam bidang pendidikan suka atau tidak program tersebut  telah melahirkan suatu kelas baru yang dikenal sebagai kaum terpelajar. Kaum terpelajar ini yang kemudian berkumpul, berdiskusi dan akhirnya mereka membuat kelompok-kelompok. Dalam kelompokkelompok maka terbentuk organisasi seperti Budi Utomo. Ada juga, Sarekat Islam, Indische Partij, Partai Komunis Indonesia,Partai Nasional Indonesia. Melalui organisasiorganisasi tersebut maka tersebut nama-nama seperti, Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, Cipto Mangunkusumo, Tirtoadisuryo, Semaun, Tan Malaka, Hatta dan Sukarno. 
Mereka hanya sekulumit pemuda yang mencoba memahami keadaan-keadaan sosial masyarakat dan coba mengambil aksi. Dalam kegiatan tersebut tak jarang tangan besi penguasa kolonial Belanda membuatnya lemah, namun mereka terus berusaha bergerak, berjuang dalam memperbaiki nasib rakyat Indonesia. Usaha-usaha itu dilakukan dalam bidang budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Dalam suasana Perang Dunia I, yang menimbulkan kesadaran untuk menentukan nasib sendiri.Setelah Perang Dunia II berakhir dan Jepang keluar sebagai pihak yang kalah, maka di Indonesia pada waktu itu yang berada dalam penguasaan Jepang terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Dalam kekosongan kekuasaan tersebut lagilagi pemuda menuntut Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya atas nama Sukarno-Hatta. Lahirlah apa yang disebut sebagai nasion Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, yang menurut Ben Anderson disebut sebagai revolusi pemuda.
Dalam zaman revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, Belanda mencoba untuk menguasai Indonesia kembali, maka terjadilah agresi militer Belanda I dan II. Pada zaman revolusi, dalam rangka mempertahankan negara yang baru lahir dari serangan musuh. Pemuda Indonesia berada di garda paling depan dalam menghalau kekuatan musuh. Mereka merelakan jiwa dan raganya demi ibu pertiwi yang mereka cintai. Di sini pemuda turun menjadi motor penggerak utama revolusi kemerdekaan Indonesia. 
Pada jaman pemerintahan di bawah kekuasaan presiden Sukarno yang mengabaikan kepentingan rakyat dan cenderung mengarah ke diktatktor. Pemuda kembali bergerak, mereka turun ke jalan membentuk pendapat umum dan menyuarakan penderitaan rakyat. Akhirnya rezim Sukarno jatuh dan muncullah Suharto sebagai presiden baru dengan harapan yang baru pula. 
Pemuda kembali memainkan perannya dalam mengakhiri masa otoriter rezim Suharto setelah berkuasa kurang lebih selama 32 tahun lamanya. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakat bersatu menuju gedung DPR-MPR RI dan mendesak Presiden Suharto untuk mundur dari tampuk kekuasaan. Masa otoriter pemerintahan Suharto dapat diakhiri. Indonesia memasuki jaman reformasi. Reformasi dianggap sebagai jaman kebebasan setelah rakyat terbelenggu dalam jaman otoriter. Namun Keadaan Indonesia tak kunjung membaik.        

C. Tantangan Kaum Muda Masa Kini 

Edward Shill mengkategorikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan baganbagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik. Arbi Sanit memandang, mahasiswa cenderung terlibat dalam tiga fungsi terakhir. Sementara itu Samuel Huntington menyebutkan bahwa kaum intelektual di perkotaan merupakan bagian yang mendorong perubahan politik yang disebut reformasi. 
Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam kehidupan politik. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai horison yang luas di antara masyarakat. Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang di antara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari. Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda. 
Tantangan untuk kaum muda seolah tak pernah berhenti. Tantangan itu datangnya bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga muncul dari luar negeri. Untuk itu, tantangan bagi kaum muda dibagi menjadi dua yaitu: 

1.  Dalam Negeri

 Kemajuan yang diharapkan akan segera tercipta setelah rezim Suharto tumbang ternyata tidak juga tercapai. Bahkan reformasi sudah berjalan selama satu dasawarsa lebih. Mulai dari presiden Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono keadaan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan. 
Keadaan sebaliknya terjadi krisis terus melanda segala aspek (multidimensional), dan korupsi terus merajalela. Isu yang sempat berhembus kencang adalah adanya krisis kepemimpinan. Bahkan dalam pemilu 2009 yang lalu para calon presiden Indonesia dan wakil presiden merupakan orang-orang lama, yang sudah terbukti tidak mampu menjadi lokomotif perubahan. Tentu dengan pemilihan umum calon independent dapat menjadi suatu alternatif bagi kepemimpinan muda di Indonesia.
Deskripsi di atas menunjukkan bahwa Indonesia memang mengalami krisis kepemimpinan. Sebenarnya sebagai negara demokrasi hal ini tidak perlu terjadi, karena dalam negara demokrasi pemimpin itu diciptakan melalui regenarsi baru muncul dan berperan. Tetapi di Indonesia ini tidak terjadi dengan baik, karena kaum tua senang mendominasi kekuasaan dengan gaya main kuasa, merasa paling benar sendiri dan kong kalikong. 
Satu dari sekian banyak faktor pemicu krisis kepemimpinan ini disebabkan oleh kacaunya sistem pendidikan Indonesia. Di mana ganti menteri, maka buku, program dan kurikulum diganti pula. Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini berorientasi pasar sehingga hanya menciptakan “budak-budak baru”dalam era globalisasi. Presiden Sukarno pernah mengatakan jangan sampai rakyat Indonesia di tengah-tengah finanzkapital hanya menjadi budak di atara bangsa-bangsa (en volk van koelies en een koelie onder de natie). Terlebih lagi di era kapitalisme global sekarang ini di mana manusia hanya dijadikan alat pengahasil keuntungan yang harganya tak lebih tinggi daripada mesin atau bahkan dihargai lebih rendah.  
Belum lagi korupsi yang menggerogoti birokarsi pemerintahan. Yang juga mampu menyebabkan kesejahteraan rakyat terampas oleh tindakan para birokrat yang tidak bermoral dan berprikamenusiaan dan hanya mengedepankan kepentingan kelompok dan golongannya sendiri. Buktinya, tahun baru para menteri diberikan fasilitas mobil baru, yang bila dibandingkan dengan mobil-mobil menteri di benua Eropa maka mobil menteri Indonesia jauh lebih mahal. Renovasi rumah anggota DPR RI yang mencapai milyaran rupiah per-unit. Ironisnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berencana membeli pesawat kepresidenan di tengah mahalnya harga beras dan meningkatnya konsumsi singkong di tengah masyarakat.     
         

2.  Luar Negeri  

Pada tatanan Internasional, dampak globalisasi sudah tampak di Indonesia, walaupun globalisasi tidak selalu membawa dampak negatif, tetapi ada juga positifnya. Tetapi globalisasi di Indonesia secara umum lebih banyak dampak negatifnya, seperti pola hidup masyarakat yang menjadi konsumtif, hedonis, dan materialistik.
Terlebih lagi sumber daya alam Indonesia yang melimpah menjadi terbuka bagi negara-negara kaya, misalnya Amerika Serikat, Jepang (baca Amerika Serikat dan sekutunya) yang cenderung mengutamakan kepentingan ekonomi negaranya dan menghalalkan segala cara dalam menjaga kepentingan industrinya, misal penguasaan minyak di Irak secara paksa dengan kekuatan militer dengan mengatasnamakan menjaga perdamaian dunia. 
Dampak dari globalisasi dan kapitalisme global telah menjadikan Indonesia sebagai “kue” yang siap dibagi-bagi untuk dikuasai. Kemudian penciptaan industri di negara-negara kaya tidak terbatas, sedangkan di negara-negara berkembang harus dibatasi dengan alasan pemanasan global (global warming).Padahal negara-negara industri seperti Amerika Serikat dan sekutunya yang menjadi pemasok gas terbesar dalam pemanasan global tidak kebakaran jenggot seperti Indonesia. Akibatnya negaranegara berkembang yang hendak berkembang industrinya menjadi terhambat dengan alasan-alasan yang politis. Atau global warming dikampenyekan sengaja untuk menghambat industri dari negara-negara berkembang yang mulai berkembang pesat. Dengan kata lain negara-negara industri besar takut tersaingi dan mereka akan kehilangan monopoli industrinya. Pemuda harus kritis dalam menyikapi masalah ini. 

D. Pemuda Harus Belajar Sejarah

Dahulu pada zaman kolonial Belanda dan kapitalisme, melalui para pemuda Indonesia mengambil peran aktif, maka pada saat sekarang ini keadaan Indonesia yang mengalami krisis multidimensional pemuda sudah saatnya turun tangan melakukan aksi. Bukan hanya menonton saja, kaum intektual yang tinggal diam melihat rakyat sengsara telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan. 
Pada waktu Sarekat Islam dibatasi gerakannya, Partai Komunis Indonesia dilarang oleh pemerintah kolonial Belanda, pergerakan rakyat Indonesia seolah mati. Tetapi tidak, maka muncul pemuda Sukarnon dan kawan-kawannya dengan gaya kepemimpinan alaternatif, walaupun akhirnya ia harus dipenjara.22 Sekarang pemuda juga harus tampil ke depan dalam mengisi kemerdekaan. Untuk itu pemuda perlu menenggok ke belakang alias belajar dari sejarah. Artinya kita harus segera mengakui bahwa di belakang ada kesalahan yang harus dijadikan sebagai cermin untuk menentukan langkah bagi masa depan agar kesalahan seperti; pembunuhan massal 196523, DOM di Aceh, pelenggaran HAM dalam penembakan semanggi dan pelanggaran HAM di Timor-Timur24 harus diselesaikan. Tujuannya supaya tidak menjadi beban sejarah yang dapat menghambat kemajuan bagi Indonesia. 
Jika hal ini dapat dilakukan, maka rakyat Indonesia benar-benar belajar dari sejarah. Artinya belajar dari sejarah bukan hanya belajar dari segala yang baik-baik saja, tetapi hakekat belajar sejarah adalah belajar juga dari kesalahan di masa lalu agar kesalahan itu tidak terulang lagi di masa yang akan datang. Rasa curiga dan mencurigai antar kelompok yang bertikai akan benar-benar dapat teratasi sebagai sesama anak bangsa. Kalau itu tercapai maka berbagai kelompok dapat bersatu dalam menyongsong masa depan Indonesia seperti yang dicita-citakan bersama, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. 
Kaum muda yang sudah terdidik jangan menjauh dari rakyat dan mengabdikan diri pada negara-negara kaya, tetapi pemuda harus bersatu dengan rakyat, memberikan penerangan kepada rakyat. Kaum muda jangan hanya terjun ke masyarakat pada waktu melakukan KKN25 saja, tetapi karena merasa senasib sepenanggungan dengan rakyat. Karena pemuda juga bagian dari rakyat. 
“Dalam masa pergerakan nasional kaum inteligensia mempunyai tugas: merebut kemerdekaan dengan solidaritas pada rakyat.”26 Kaum inteligensia yang demikian sudah memenuhi dharmanya. Dalam post independence period pemuda harus mencoba mengerti dan memahami persoalan-persoalan bangsanya dewasa ini. Masalah ketidakmengertian adalah masalah kaum intelektual secara umum.       
Belajar dari Ki Hajar Dewantoro, pemuda harus memiliki sifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.27 Artinya pemuda harus berada digarda paling depan dalam melakukan perubahan sosial sebagai lokomotif perubahan. Di tengah pemuda harus bahu-membahu bersama rakyat dalam mencapai kesejahteraan rakyat. Keadaan yang buruk ini harus segera diakhiri. Di belakang pemuda memberikan semangat dan mendorong rakyat bahwa perubahan ke arah yang lebih baik atau yang dicita-citakan dapat tercapai jika mereka bersatu. Tantangan yang datang dari dalam maupun luar pasti dapat teratasi.   

E. Penutup

Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda telah berbuat, namun tantangan terus datang, dari dalam dan luar negeri. Pemuda harus belajar dari sejarah agar memiliki jati diri dan memiliki dasar yang kuat, dan agar mengetahui dari mana perubahan harus diusahakan. Setelah itu, sebagai lokomotif perubahan pemuda siap bergerak.  
Mengambil momentum peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-82, sudah saatnya pemuda menunjukkan perannya kembali, bukan sebagai motor yang menggulingkan rezim diktator. Tetapi sebagai lokomotif dalam perubahan sosial yang menjadikan Indonesia maju, sejahtera dan berkeadilan. Pemuda harus bersifat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
 

Daftar Pustaka

 

Sumber Buku:

Adams, Cindy. 1966. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. 
Anderson, B.R.O’G. 1972. Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 19441946. Ithaca: Cornell Universit Press. 
Arbi Sanit. 1981. Sistim Politik Indonesia. Jakarta: Penerbit CV Rajawali. 
Baskara T. Wardaya (ed). 2001. Menuju Demokrasi. Politik Indonesia dalam Perspektif Sejarah. Jakarta: Gramedia. 
Cribb, Robert (ed). 1991. The Indonesian Killings 1965-1966: Studies from Java and Bali. Asutralia: Center of  Southeast Asian Studies. 
Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. 1990. Jakarta: PT Cipta Adipustaka. 
Mangun Wijaya, Y.B. 1998. Menuju Republik Indonesia Serikat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
Maxwell, John. 2005. Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 
Pamoe Rahardjo dan Islah Gusmian (peny). 2002. Bung Karno dan Pancasila. Menuju Revolusi Nasional.Yogyakarta: Galang Press. 
Ricklefs, M.C. 2005.Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 
Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: PT Gramedia. 
Sukarno. 1951. Indonesia Menggugat (Pembelaan Bung Karno di Muka Hakim Kolonial). Jakarta: S.K. Seno. 
Sularto, St. 2001. Dialog dengan Sejarah. Soekarno Seratus Tahun. Jakarta: Kompas.

Koran dan Jurnal:
Kompas, 6 Februari  2010, “Beras Operasi Pasar Tak Terbeli, Konsumsi Singkong Meluas.” 
Shils, Edward. “The Intellectuals in the Political Developments of the New States”, World Politics, April 1960.













.  






Tugas Softskil ISD ~ Perubahan Kebudayaan Indonesia Terhadap Budaya Asing dan Globalisasi

Perubahan Kebudayaan Indonesia Terhadap Budaya Asing dan Globalisasi

ABSTRAK
Kebudayaan Indonesia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, perubahan ini terjadi karena faktor masyarakat yang memang menginginkan perubahan kebudayaan, dan perubahan kebudayaan yang terjadi sangat pesat yaitu karena masuknya unsur-unsur globalisasi ke dalam kebudayaan Indonesia. Unsur globalisasi juga masuk ke dalam kebudayaan lokal, kebudayaan nasional, dan juga kebudayaan global, karena masuknya unsur-unsur tersebut maka ada upaya dalam melestarikan dan upaya pemanfaatan kebudayaan di Indonesia serta pemanfaatan dari kebudayaan-kebudayaan yang ada. Disamping itu juga penanganan terhadap dampak era globalisasi yang membawa dampak positif maupun dampak negatif. Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah berbeda hal ini juga dikarenakan akibat globalisasi. Selain itu dampak karena globalisasi yaitu berkembangnya teknologi-teknologi canggih yang sangat membantu manusia namun juga dapat merusak mental dan moral generasi muda, oleh karena itu semua unsur globalisasi perlu dikaji terlebih dahulu sebelum menerapkan unsur tersebut.

PENDAHULUAN
            Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar yang saling sambung menyambung dari sabang sampai merauke dan masing-masing daerahnya memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, dan kebudayaan yang berbeda-beda tersebut yang menjadi ciri khas setiap daerahnya masing-masingIndonesia terkenal negara yang memiliki budaya yang beranekaragam, selain itu juga dikenal sebagai  negara  dengan lingkungan sosial budaya yang ditandai dengan nilai-nilai kehidupan yang ramah, orang-orang yang memegang sopan santun, dan juga masyarakat yang damai.
            Di Indonesia juga banyak peninggalan-peninggalan budayayang beraneka ragam baik dalam wujud sesuatu yang kompleks seperti aktivitas manusia, tradisi maupun sebagai wujud benda, dan semua itu perlu dilestarikan, dijaga dan dimanfaatkan.
                       Namun seiring berkembangnya zaman dan masuknya duniakebudayaan kedalam era globalisasi, telah membawa perubahan yang sangat signifikan dan perubahan tersebut dapat menuju arah yang positif maupun kearah negatif. Semua perubahan tersebut harus diwaspadai apabila perubahan tersebut menuju kearah yang negatifdampak positif yang dapat dirasakan dari adanya globalisasi adalah kemajuan teknologi yang saat ini telah memberi kemudahan pada setiap orang untuk berkomunikasi. Sedangkan dampak negatifnya yaitu seperti nilai-nilai budaya Indonesia saat ini telah terkontaminasi dengan budaya barat,sehingga hal ini sangat berdampak kepada pola kehidupan manusia,misalnya tatacara berpakaian, sopan santun, pergaulan yang bebas, makanan dan minuman terlarang dan yang paling disayangkan adalah mulai lunturnya kepedulian terhadap kebudayaan daerah yang merupakan sesuatu yang turun temurun seperti adat istiadat, tari-tarian tradisional, lagu-lagu tradisional.
                 Kepedulian dan kesadaran masyarakat telah menurun dan cenderung masa bodoh terhadap budaya tradisional, upaya untuk melestarikan dan menjaga kebudayaan telah menurun sehingga banyak beberapa kebudayaan yang diklaim oleh negara lain seperti lagu rasa sayang e, tari pendet dari bali, batik, tari reog ponorogo, wayang kulit dan masih banyak lagi (Nani Tuloli, 2003). Hal ini dikarenakan kurang dihargainya dan kurang diperhatikannya kebudayaan daerah tersebut.
Kebudayaan dalam masyarakat selalu mengalami perubahan dan perubahan tersebut terjadi ketika suatu kebudayaan melakukan kontak atau hubungan dengan kebudayaan asing. Dampak globalisasi terhadap perubahan pola kehidupan masyarakat Indonesia sangatlah besar, terutama pada kebudayaan daerah yang mengalami perubahan dan tentunya perubahan kebudayaan yang terjadi saat ini tidak lepas dari peran masyarakat (Nani Tuloli, 2003).
Semua hal-hal yang menyangkut tentang globalisasi perlu dikaji, bagaimana dampak globalisasi tehadap budaya lokal, nasional maupun global? Bagaimana cara melestarikan warisan kebudayaan yang telah ada? Semua pertanyaan itu harus ditelaah dan dicari jawabannya untuk menjaga kebudayaan Indonesia dengan nilai-nilai budaya yang asli.
               Untuk dapat mengatasi perubahan kebudayaan akibat dari globalisasi perlu dikaji bagaimana dampak globalisasi terhadap kebudayaan, bagaimana cara pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya yang ada terlebih dahulu, setelah itu sebagai masyarakat Indonesia harus berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikannya, karena pada dasarnya perubahan yang terjadi adalah karena hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah untuk mendapatkan sesuatu yang baru.
               Untuk menangani dampak globalisasi yang terjadi, terlebih dahulu harus dikaji secara rinci unsur-unsur baru yang masuk agar di dalamnya menemukan mana unsur kebudayaan yang bersifat positif dan mana unsur kebudayaan yang bersifat negatif. Karena apabila globalisasi tidak  diseimbangi dengan kepedulian dan kepekaan masyarakat terhadap unsur-unsur kebudayaan yang masuk, dan dengan hanya menerima dan menerapkan unsur-unsur dan nilai-nilai globalisasi yang ada, maka Indonesia akan berada pada situasi yang memprihatinkan, unsur-unsur kebudayaan yang asli akan tergeser dan lama kelamaan kebudayaan Indonesia akan kehilangan jati dirinya.

PEMBAHASAN
            Globalisasi merupakan tantangan besar bagi setiap negara. Keadaan ini di tinjau oleh bangsa Indonesia yang mengikuti arus globalisasi. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukan, clubbing, memakai pakaian ketat, bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah lumrah di Indonesia.

Kebudayaan orang-orang barat tersebut sifatnya negatif dan cenderung merusak dan telah menjadi suatu kebiasaan yang membudaya. Sehingga melanggar norma-norma yang berlaku dan mempengaruhi kebudayaan bangsa indonesia yang ketimuran.
Tetapi tidak semua kebudayaan asing yang masuk ke indonesia bersifat negatif, karena ada juga sisi positif dari masuknya budaya asing tersebut. 

Kebudayaan Lokal Sebagai Ciri Khas Daerah
Indonesia adalah negara yang memiliki kebudayaan yang sangat beragam dan selain itu juga memiliki suku yang berbeda-beda, setiap suku bangsa membangun dan mengembangkan kebudayaannya itu melalui pengalaman-pengalaman yang pernah dialaminya dan juga melalui pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya (Nani Tuloli, 2003),sehingga suku bangsa selalu berkembang seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman. Adanya pengaruh dari kebudayaan lain terhadap kebudayaan lokal akan membuat adanya perubahan, baik perubahan yang bersifat mendukung maupun perubahan yang justru membawa dampak negatif.

Masuknya unsur kebudayaan asing sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu, contoh kehadiran Hindu dan Islam telah berpengaruh terhadap kebudayaan-kebudayaan suku bangsa yang ada di Indonesia bagian barat seperti Jawa dan Sumatera, selain itu kebudayaan bangsa-bangsa lain yang datang ke Indonesia seperti bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda juga mempengaruhi budaya-budaya asli daerah-daerah di Indonesia, banyaknya kebudayaan asing yang masuk membuat budaya lokal berada dalam situasi yang baru dan membingungkan, dimana situasi tersebut menuntut peran masyarakat, apakah akan tetap mempertahankan kebudayaan lokal dengan nilai-nilai lokal yang asli ataukah justru kebudayaan asing akan membawa hal buruk bagi kebudayaan lokal (Nani Tuloli, 2003).

Dimasing-masing kebudayaan memiliki nilai-nilai sendiri yang harus dipatuhi dan nilai-nilai ini juga digunakan sebagai dasar dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai nilai budaya yang terkandung dalam kebudayaan dijaga dan dilestarikan melalui hal-hal pembudidayaan, perlindungan yang dilakukan oleh keluarga dan seluruh lapisan masyarakat. Dan apabila mengabaikan semua nilai-nilai kebudayaan bangsa atau daerahnya itu dianggap sebagai suatu perlawanan dan pegkhianatan terhadap leluhur yang telah mewariskannya (Nani Tuloli, 2003).
                      Tempat dan pola kehidupan antara masyarakat desa dan masyarakat kotapun membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan, masyarakat kota yang cenderung acuh dan mengabaikan nilai-nilai kebudayaan daerah dan justru lebih mengedepankan sifat modernisasi (Nani Tuloli, 2003), hal ini juga dikarenakan pengaruh budaya global yang saat ini telah melanda dunia pergaulan baik dunia anak-anak,remaja maupun orang tua. Berbeda dengan pola kehidupan masyarakat desa yang masih primitif namun memiliki suatu kebudayaan yang kuat, sehingga menganggap nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki lebih baik daripada nilai-nilai kebudayaan yang lain. Misalnya di suatu pedesaan masih menggunakan bahasa tradisional sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, dengan demikian masing-masing anggota masyarakat akan mengidentifikasikan dirinya dengan unsur-unsur kebudayaan yang ada sebagai sesuatu yang harus dijunjung sehingga dari sinilah nilai-nilai primordial dari kebudayaan dibangun dan dikembangkan (Nani Tuloli, 2003).

Kebudayaan Nasional yang Merupakan Kebudayaan Pemersatu
Negara Indonesia adalah negara yang memilki kebudayaan yang sangat beragam dan juga suku bangsa yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah yang lain, akan tetapi semua perbedaan ini tidaklah sesuatu yang harus dipermasalahkan, akan tetapi hal tersebut justru merupakan sesuatu yang harus dipersatukan seperti semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu dan seperti isi dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang setelah itu maka semua elemen rakyat Indonesia bersatu walaupun dalam keadaan budaya yang berbeda-beda (Karel Phil Erari, 2003).

Menurut J.W Ajawaila (dalam Nani Tuloni dkk, 2003 : 27) menyatakan pedoman untuk membangun dan mengembangkan budaya nasional adalah tercantum dalam UUD 45 (pasal 23 dan penjelasannya).    
Dikatakan bahwa :
Kebudayaan bangsa adalah kebudayaan yang timbul sebagai hasil buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan itu harus menuju kepada kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan dan memperkaya kebudayaan bangsa sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”.

Dari kutipan di atas bahwa dasar-dasar dalam pengembangan suatu kebudayaan adalah melibatkan seluruh elemen yang saling bekerja sama dan saling berhubungan untuk mencapai suatu yang diinginkan.

Kebudayaan nasional dapat dijadikan sebagai identitas negara Indonesia yang memberikan ciri-ciri dan khas dari bangsa Indonesia melalui karya-karya yang telah diciptakan. Kebudayaan bangsa Indonesia dapat berupa unsur-unsur atau simbol-simbol yang digunakan sebagai dasar dan acuan dalam pergaulan hidup sehari-hari seperti contoh simbol kebudayaan nasional dalam kehidupan sehari-hari adalah tolongmenolong, penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi formal yang digunakan  sebagai bahasa pemersatu, selain itu untuk tetap menanamkan rasa jiwa nasionalisme maka dalam perkuliahan masih diterapkan matakuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Selain itu juga perlu membangun kesadaran bahwa budaya nasional adalah budaya milik semua masyarakat Indonesia sehingga dengan cara ini diharapkan akan bersama-sama menjaga budaya nasional negara Indonesia dan merasa bahwa budaya tersebut adalah budaya sendiri yang harus dijaga dan dilestarikan (J.W Ajawaila, 2003).

Kebudayaan Global yang Masuk ke Indonesia
Pada saat kebudayaan lokal berkembang menjadi bagian dari kebudayaan nasional, kebudayaan global muncul dengan sangat pesatnya. Kebudayaan global dengan mudah dapat langsung disaksikan dan dinik mati oleh masyarakat sehingga hal ini dalam waktu dekat dapat membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat, pengaruh kebudayaan global tersebut dapat berdampak positif dapat juga berdampak negatif.

Kebudayaan global yang memberi dampak positif misalnyakemajuan teknologi yang canggih sehingga memberikan kemudahanbagi manusia dalam berkomunikasi dengan orang lain tanpa mengenalwaktu dan tempat, selain itu juga manfaat kemudahan yang sering kitagunakan dan nikmati setiap hari. Namun selain dampak positif ada juga dampak negatif yang berhubungan dengan fenomena sosial budaya antara lain seperti rusaknya lingkungan akibat dari kemajuan teknologisehingga digunakan dalam eksploitasi sumberdaya alam dalam jumlah yang besar dan hal ini sangat merugikan masyarakat, terutama masyarakat yang masih gagap teknologi.

Perbedaan pola dan kebiasaan masyarakat desa danmasyarakat kota adalah adanya hedonisme atau keinginan untuk menguasai hal-hal yang berbau dunia dan konsumerisme terutama di kota-kota besar yang sering terjadi perselisihan antara mereka yang kaya dengan yang tidak kaya sehingga hal ini mengakibatkan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Pembangunan ekonomi yang hanya untuk mengejar eksistensi diri. Bahkan masyarakat merasa gengsi dengan kebudayaan-kebudayaan tradisional daerah, terutama masyarakat yang hidup dan tinggal di kota. Mereka mengaggap hal tersebut adalah sesuatu yang tidak model untuk diikuti bahkan dianggap sebagai kebudayaan yang primitif.

               Karena dalam budaya global ada 2 macam sisi yang ditawarkan yaitu sisi positif dan sisi negatif, maka dalam menerima unsure kebudayaan tersebut harus benar-benar pintar dalam mengkajinya, memilah milih dampak mana yang membawa sisi positif, dengan demikian masyarakat Indonesia akan tetap dapat menjaga kebudayaan bangsa.

Globalisasi Memperkenalkan Nilai Baru dalam Lingkungan Tradisi
Masuknya zaman era globalisasi dalam konteks budaya dalam tradisi di Indonesia telah memperkenalkan nilai-nilai baru, nilai-nilai baru tersebut dapat mempengaruhi kehidupan individu, masyarakat, lingkungan sosial maupun lingkungan tradisi.

Nilai–nilai dan unsur-unsur baru tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan terhadap adat dan tradisi dalam lingkup kebudayaan.
Seperti contoh dalam kehidupan sehari-sehari tata cara berpakaian ornag Indonesia meniru cara berpakaian orang-orang barat, bahasa yang dipelajari juga bahasa asing hal ini karena ada sebagian orang yang beranggapan bahwa belajar bahasa asing lebih keren dibanding mempelajari bahasa daerah yang dianggapnya sudah ketinggalan zaman dan gengsi.

Hal ini mengakibatkan kurangnya pengetahuan generasi baru terhadap bahasa daerahnya bahkan tidak sedikit orang-orang yang saat ini banyak yang tidak bisa menggunakan bahasa daerah, seperti bahasa jawa, saat ini jarang sekali orang-orang muda yang menggunakan bahasa jawa halus apabila berbicara dengan orang yang lebih tua, hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan mengenai bahasa jawa halus yang dikuasainya, selain itu tari-tarian daerahpun saat ini cenderung diabaikan karena menurunnya kemauan generasi muda untuk ikut serta dalam melestarikannya dan hal ini dikarenakan bagi generasi muda tari-tarian tradisional tersebut sangatlah tidak trend untuk zaman sekarang sehingga mereka lebih memilih dan menyukai tari modern. Hal-hal seperti ini yang apabila tidak secepat mungkin diatasi maka semua kebudayaan yang ada akan luntur serta tidak ada pelestarian dan pengelolaan apabila tidak ada orang yang sadar akan pentingnya kebudayaan bangsa kita.

Dampak Globalisasi Terhadap Perkembangan Kebudayaan di Indonesia
Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, kebudayaan adat dan tradisi merupakan hal yang menjadi ciri khas dari daerahnya masing-masing, dan hal ini mencakup aturan hidup bersama dalam masyarakat, sebagai dasar dalam pergaulan, dan yang paling penting adalah bagaimana kita dapat mempertahankan nilai kebudayaan di tengah pengaruh globalisasi. Pada zaman nenek moyang, Indonesia terkenal dengan masyarakat yang saling tolong menolongnya tinggi, menghormati sesama, sopan santun yang dijunjung tinggi seperti apabila seorang anak muda atau yang lebih muda berbicara dengan orang yang lebih tua menggunakan bahasa yang halus dan dengan penuh kesopanan selain itu negara Indonesia terkenal dengan keramahan orang-orangnya, namun untuk sekarang ini semua keadaan dan kondisi ini sangatlah berubah secara signifikan.

Perubahan ini terjadi dalam konteks yang sederhana maupun dalam konteks yang sangat kompleks, contoh yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah cara berpakaian, cara berpakaian yang dulunya sopan, tertutup dan tidak glamor namun keadaan sekarang telah berbeda.

Tidak sedikit dari para generasi muda yang saat ini berpakaian lebih terbuka, kurang sesuai dengan keadaan dan situasi, glamor dan berlebih-lebihan, dimulai dari keadaan yang sederhana ini kemudian ke dalam hal yang kompleks dengan meniru kebudayaan barat  contohnya yaitu kebudayaan seks bebas yang saat ini telah menjadi sesuatu yang biasa, hedonisme, kebiasaan orang-orang untuk hidup hura-hura, minum-minuman keras yang merajalela, pemakaian narkoba, degradasi moral dan mental yang sangat menurun serta efek kemajuan teknologi yang sangat canggih juga mempengaruhi moral masyarakat dari anak kecil sampai orang tua sekalipun (Nani Tuloli, 2003).

                 Menurut Jennifer Lindsay dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik dalam campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural (Rendhi, 2009).

Memang kemajuan teknologi yang canggih telah memberikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, namun disamping itu hal ini juga  memiliki sisi negatif yang sangat fatal contohnya dengan mudahnya mengakses informasi menggunakan internet dapat di salahgunakan untuk mengakses hal-hal yang negatif seperti pornografi, pornoaksi yang hal ini sangat merusak kepribadian moral apalagi kalau yang mengakses adalah anak-anak, akan sangat berdampak buruk kepada calon-calon generasi penerus bangsa.

Selain itu melalui televisi juga dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap semua lapisan masyarakat, baik pengaruh negatif maupun pengaruh positif. Apalagi televisi menjadi sesuatu yang mengglobal dalam kehidupan sehari-hari dan hal ini dapat disaksikan oleh semua kalangan secara langsung sehingga dampak yang terjadipun akan cepat menyebar, untuk saat ini mengglobalnya institusi-institusi televisi bersamaan dengan peredaran global yang terjadi seperti adanya iklan, promosi. Selain itu akibat globalisasi jaringan-jaringan televisi banyak yang menayangkan dari jaringan asing, hal ini akan sangat memberi pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan.

Namun sebesar apapun dampak globalisasi tergantung pada bagaimana masyarakat dalam menerima dampak tersebut, apabila unsur dan nilai yang masuk diterima begitu saja tentunya hal ini tidak ada penyaringan dan akan melunturkan nilai-nilai budaya asli, namun apabila dampak globalisaisi ini sebelum menerima untuk diterapkan terlebih dahulu disaring dengan berdasarkan nilai-nilai pancasila (Rafael Raga Maran, 2000), maka apabila sesuai dengan nilai-nilai pada pancasilaakan membawa sisi positif yaitu akan berkembangya nilai budaya yang kemudian akan membuat kebudayaan menjadi sesuatu yang lebih bervariasi selain itu akan menambah wawasan dalam berfikir untuk pengembangan kebudayaan.

Melestarikan Kebudayaan dan Pemanfaatan Warisan Budaya
Wujud warisan kebudayaan dapat meliputi warisan fisik maupun warisan nonfisik, warisan tersebut pada dasarnya memiliki ciri yang khas untuk daerahnya masing-masing. Oleh karena itu setiap warisan kebudayaan perlu untuk dilestarikan dan dimanfaatkan supaya warisan kebudayaan tersebut tetap terjaga. Melestarikan kebudayaan berarti secara tidak langsung telah membenahi masyarakat bangsa Indonesia karena dalam kehidupan bermasyarakat kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks tidak berjalan dengan sendirinya melainkan melibatkan semua anggota masyarakat, dengan demikian semakin kuat kebudayaan dalam suatu masyarakat maka keharmonisan dan kedamaian akan tercapai dalam lingkungan masyarakat tersebut, contohnya dalam masyarakat masih dipelihara sistem budaya gotong royong dan apabila budaya ini tetap terjaga maka dalam masyarakat akan terjalin keselarasan dan tidak adanya kesenjangan dan kecemburuan sosial.

Dalam upaya melestarikan kebudayaan pastinya ada komponen yang menjadi pelaksana (Nani Tuloli, 2003), komponen pelaksana tersebut dapat meliputi masyarakat. Kebudayaan merupakan hal yang mendasar bagi masyarakat sehingga diharapkan semua lapisan masyarakat dapat berpartisipasi, selain masyarakat ada juga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan, selain itu para pendidik, politisi, wartawan juga harus berpartisipasi dengan cara berperan sesuai dengan perannya masing-masing.

Seperti contoh seorang guru harus dapat mendidik siswanya untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap kebudayaan bangsa. Dengan cara ini apabila rasa kepedulian sudah tertanam di jiwa-jiwa generasi penerus bangsa maka untuk kedepan kebudayaan akan terjaga dan akan terbenahi. Apabila semua lapisan masyarakat sudah menerapkan kepedulian dan kesadaran terhadap kebudayaan bangsa, maka diharapkan kebudayaan akan dijaga dan dilestarikan dengan baik (Nani Tuloli, 2003).

Selain adanya komponen yang menjadi pelaksana juga ada tindakan yang dilaksanakan (Nani Tuloli,2003), dalam tindakan pelestarian hal yang dapat dilaksanakan adalah harus mengetahui terlebih dahulu kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki, baik itu kebudayaan yang menjadi adat istiadat dan tradisi maupun kebudayaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu menerima nilai-nilai kebudayaan akibat globalisasi dengan terbuka akan tetapi bukan berarti langsung menerima nilai-nilai tersebut dan menerapkannya dalam kebudayaan, melainkan terlebih dahulu menyaringnya mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.




Hal yang masih nyata dalam kehidupan sekarang ini adalah pelestarian kebudayaan dengan berdakwah menggunakan gamelan seperti yang dilakukan oleh Emha Ainun Najib atau yang lebih dikenal dengan nama Cak Nun, Cak Nun selain seorang dakwah juga seorang budayawan oleh karena itu selain berdakwah menyebarkan agama Islam beliau juga melestarikan kebudayaan jawa yaitu gamelan yang digunakan sebagai perantara dalam dakwahnya. Hal ini sebagai contoh dalam pelestarian kebudayaan sekaligus menjadi ciri khas kebudayaan dari daerahnya masing-masing.
Menurut Effendi (dalam Nani Tuloni dkk, 2003 : 18) mengemukakan bahwa “Warisan budaya sangat tepat kalau dimanfaatkan untuk pembinaan sumber daya manusia”.

Dari kutipan ini diartikan bahwa dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia terlebih dahulu harus mengedepankan moral yang tidak menerima nilai-nilai budaya yang bersifat negatif, dengan demikian masyarakat atau sumber daya manusianyapun akan tertata dalam pola kehidupannya.

Kebudayaan juga memilki fungsi disetiap unsur-unsur yangdikandungnya, dan fungsi ini ada keterkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain, oleh karena itu apabila ada perubahan dalam satu unsur maka unsur yang lain juga akan mengalami perubahan juga.

                 Menurut Radcliffe-Brown dan Kaplan (dalam Nani Tuloli dkk, 2003 : 10) adalah sistem budaya memiliki syarat-syarat tertentu untuk memungkinkan eksistensinya, atau sistem budaya itu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat hidup terus, dan bila tidak terpenuhi maka sistem itu akan mengalami disintegrasi dan mati.

               Dari kutipan ini fungsi kebudayaan dapat dipertahankan apabila ada kondisi dan pihak-pihak yang mendukung berlangsungnya kebudayaan tersebut, karena dalam pelestarian kebudayaan yang sangat berperan penting adalah orang-orang atau masyarakat yang memiliki kebudayaan itu, dan fungsi kebudayaan dapat dipertahankan apabila dapat menyelaraskan dengan perkembangan dan kemajuan zaman akan tetapi kalau tidak bisa menyelaraskannya maka yang terjadi adalah akan terjadi perubahan fungsi yang tidak seharusnya.




Dampak Kebudayaan Asing di Indonesia
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.

1.      Dampak Positif
a)      Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
b)      Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c)      Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.      Dampak Negatif
a)      Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah.  Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b)      Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c)      Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi karena kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d)      Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia.

Antisipasi Pengaruh Negatif Budaya Asing
            Langkah – langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif asing terhadap budaya kehidupan masyarakat indonesia:
1.      Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai pancasila dengan sebaik-baiknya
2.      Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik – baiknya
3.      Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh
4.      Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial budaya bangsa.



KESIMPULAN DAN SARAN
            Kebudayaan asing dan Globalisasi sangat berpengaruh kepada masyarakat indonesia terutama pada bidang teknologi. Di bidang permainan juga berpengaruh, karena sekarang banyak permainan tradisional yang kemungkinan mulai punah. Tak hanya dalam bidang teknologi dan pemainan, dari gaya hidup masyarakat zaman sekarang semakin merajalela atau semakin bebas. Dari kejadian tersebut, dampaknya bisa berpengaruh bagi anak – anak karena anak – anak untuk kedepannya akan menjadi individualisme tidak ada sosialiaisasi terhadap dunia luar karena terpengaruh oleh gadget, dan anak – anak akan lebih mementingkan gadget sebagai bahan permainan daripada permainan tradsional yang membutuhkan teman sebagai teman lawan main. Dan bisa jadi, anak – anak menjadi tertutup karena hanya media sosial-lah yang bisa mereka ungkapkan perasaan mereka.

            Kita sebagai warga negara indonesia, harus memilah budaya asing dan globalisasi agar tidak disalahgunakan oleh masyarakat indonesia. Dan juga warga indonesia harus selalu memberikan sosialisasi kepada anak – anak dan remaja agar tidak terpengaruh terhadap budaya asing dan tidak ketergantungan terhadap gadget.  Masyarakat indonesia boleh mengikuti perkembangan zaman tetapi jangan sampai kecanduan yang pada akhirnya akan terjadi individualisme yang sekarang sudah merajalela.





DAFTAR PUSTAKA

Maran, Raga Rafael. (2000). Manusia & Kebudayaan dalam PerspektifIlmu Budaya Dasar. Jakarta : PT Rineka.
Tulolli, Nani dkk. (2003). Dialog Budaya Wahana Pelestarian danPengembangan Kebudayaan Bangsa. Jakarta : CV. Mitra Sari. Undang Undang Dasar 45 pasal 23 tentang Kebudayaan Nasional.

Referensi Media Masa

Rendhi. (2009). “Permasalahan Kebudayaan Akibat dari Globalisasi” diunduh dari (http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah/), pada 10 Oktober 2013.